gatutkaca

gatutkaca
gatutkaca

Rabu, 03 Februari 2010

Cerita Wayang

Gatutkaca Lahir

Setelah para Pendawa dengan sekuat tenaga dibantu para gandarwa dan para raksasa dari Kerajaan Pringgadani membuka  hutan Wanamarta, maka berdirilah ditanah baru sebuah kerajaan, yang bernama Indraprasta, atau Amartapura, dengan rajanya Prabu Puntadewa. rakyat Indraprasta merasa senang, dengan keberadaan negeri baru. Suatu wilayah yang bisa menjanji kan kemakmuran yang seluas-luasnya pada rakyatnya.

Rakyat Indraprasta juga gembira melihat Pangeran Werkudara telah beristri dengan Ratu Arimbi,  Raja Pringgadani. Ratu Arimbi menggantikan kedudukan kakaknya Prabu Arimba sebagai raja Pringgadani , yang tewas melawan Werkudara. Prabu Arimba ingin membalas kematian ayahnya, Prabu Trembaka yang tewas melawan Prabu Pandu Dewanata, ayahanda para Pandawa.

Dewi Arimbi kini telah hamil tua, dan  sudah saatnya memasuki persalinan.Setelah beberapa saat ditunggu, lahirlah sang jabang bayi. Namun sewaktu memotong tali pusar sang bayi, mengalami ke sulitan. Seluruh keluarga Pandawa  bingung tidak tahu lagi apa yang harus mereka kerjakan.Semua pusaka Arjuna, sudah dicobanya, namun tidak ada satupun yang   bisa memutuskan tali pusar.  Prabu Sri Batara Kresna yang juga ikut me njaga kelahiran sang jabang bayi, segera tanggap. Dimintanya Arjuna, melakukan tapa brata minta anugerah Dewa. Arjuna akhirnya berangkat pergi bertapa dikaki Gunung Mahameru.    

Sementara itu di Kahyangan Jonggringsaloka, keadaan genting. Pasukan raksasa dari negeri Gilingwesi telah sampai di gerbang Selamatangkep. Batara Cingkarabala dan Balaupata kewalahan melawan para raksasa. Diperkirakan dalam waktu sekejap saja pintu kahyangan akan  jebol oleh musuh.
Prabu Kala Pracona dan Patih Sakipu dengan pasukannya, bermaksud merusak kahyangan, dan memboyong para bidadari kahyangan.

Batara Guru memerintahkan Batara Narada untuk menyampaikan anugerah dewata berupa pusaka Kunta pada Arjuna, untuk sarana kelahiran jabang bayi, dan mengajak serta sang jabang bayi ke Kahyangan, untuk melawan  para raksasa dari Gilingwesi.

Tidak jauh dari tempat Arjuna bertapa, kakak seibu Arjuna, yaitu Karna ternyata  juga bertapa di kaki Gunumg Mahameru.     
Kini Batara Narada telah turun ke Marcapada,dilihatnya ada seseorang bertapa di kaki Gunung Mahameru, sepertinya Arjuna. Batara Narada  mendekati Karna, yang dikiranya Arjuna.Tanpa disadari ia menyerahkan pusaka Kunta kepada Karna. Ia berpesan kepada Arjuna, bahwa pusaka Kunta sebagai sarana untuk memotong tali pusar sang jabang bayi.
Karna merasa heran mengapa Batara Narada menyebut nama dirinya Arjuna. Sepeninggal Bathara Narada, Karna segera bergegas kembali ke Awangga.

Ketika akan kembali kekahyangan,tiba-tiba  Batara Narada merasa ada sesuatu kekeliruan  yang baru ia lakukan. Batara Narada merasa bahwa orang yang dijumpanya tadi bukan lah Arjuna.Batara Narada menoleh kekanan dan kekiri kelihatannya sedang mencari sesauatu. Kelihatannya Batara Narada sedang mencari Arjuna.  Kemudian Batara Narada melihat ada seseorang yang yang sedang bertapa. Batara Narada mengenali pertapa itu, tak lain Arjuna,yang juga  bertapa pula dikaki Gunung Mahameru. Batara Narada segera mendekati Arjuna yang sedang bertapa. Arjuna dibangunkannya, dan diberitahu kalau Batara Narada tadi telah keliru memberikan pusaka Kunta kepada Karna, untuk itu Arjuna harus merebut pusaka itu dari Karna.

Sepeninggal Batara Narada, Arjuna segera mencari Karna yang sedang bergegas kembali ke Awangga. Ditengah perjalanan mereka bertemu, keduanya saling berebut pusaka pemberian Dewa. Akhirnya Arjuna hanya mendapatkan selongsongnya, sedangkan pusakanya berhasil dibawa Karna kembali ke Awangga.

Sementara itu di Istana Pringgadani, Werkudara dan Ratu Arimbi gelisah melihat jabang bayi yang masih terlantar. Tidak lama kemudian  Arjuna kembali ke Pringgadani. Ia  merasa kecewa karena ha nya berhasil membawa warangka atau selongsong pusakanya saja. Prabu Sri Batara Kresna, melihat itu segera memerintahkan untuk memotong tali pusar jabang bayi dengan selongsong senjata Kunta. Akhirnya tali pusarpun terpisah dari ibunya, namun selongsong pusaka itu lenyap pula tidak berbekas. Keluarga Pandawa tertegun melhatnya.

Tidak lama kemudian Batara Narada datang ke Istana Pringgadani. Batara Narada mnenjelaskan bahwa walaupun hanya selongsong pusaka, sangat ampuh dan amat tajam, sehingga dapat memutuskan tali pusar jabang bayi.  Sedangkan selongsong pusaka yang  telah masuk dalam tubuh sang jabang bayi, menjadikan bayi itu menjadi kuat dan perkasa.Namun perlu diingat bahwa jabang bayi, yang nanti setelah dewasanya jangan sampai berperang  melawan Adipati Karna apabila sampai terjadi suatu peperangan, dimasa mendatang,  Sang jabang bayi akan tewas, kalau senjata Kunta masuk kembali ke selongsongnya yang ada di dalam tubuhnya. 

Batara Narada memberi nama dengan Jabang Tetuka, dan minta diijinkan untuk membawanya kekahyangan, untuk dijadikan anak yang sakti dan mampu mengalahkan pasukan Kerajaan Gilingwesi yang dipimpin oleh Prabu Kala Pracona yang sedang mengepung Kahyangan Jonggringsaloka. Werkudara dan Arimbi, serta segenap keluarga Pandawa pun merelakan sang jabang Tetuka dibawa ke Kahyangan.

Sesampai di Kahyangan Jonggringsaloka, ternyata pasukan raksasa Kerajaan Gilingwesi sudah memasuki Balai Repat Kepanasan. Mereka mengamuk dengan membabi buta, mereka ganas dan banyak bangunan Kahyangan yang menjadi rusak berantakan. Para dewa tidak kuat menahan serangan  mereka. Pusat  pertahanan ditempatkan di Istana Batara Guru dan di Kaindran, tempat para Bidadari bersemayam, para dewa bertahan melawan perusuh dengan sekuat tenaga.

Sementara itu Batara Narada membawajabang Tetuka dan melemparkan ke dalam kawah Candrdimuka yang sedang mendidih. Cairan kawah yang kental dan amat panas menggodok sang Tetuka. Banyak senjata kahyangan yang ikut dilebur, agar menyatu dengan tubuh sang Tetuka

Bayi ajaib jabang Tetuka kini keluar dari kawah Candradmuka, masih dalam keadaan panas membara terbang mendekati pasukan Kerajaan Gilingwesi. Bayi tertangkap oleh Patih Sakipu. Patih Sakipu merasa tangannya sanagt kepanasan, kemudian dibanting ditanah, Bayi itu tidak hancur, malah menjadikan bayi itu menjadi tambah besar.

Berkali-kali bayi itu dibanting-banting oleh Sakipu, maka bayi itu kini menjadi dewasa.Batara Narada memberikan pakaian pada pemuda Tetuka. Wajah Tetuka yang seperti raksasa diberikannya topeng Basunanda yang menyatu dengan wajah Tetuka.Kini wajah Tetuka menjadi satriya tampan, gagah perkasa. Juga diberikannya Kutang Antakusuma, yang kesaktiannya untuk menahan senjata-senjata lawan yang mengenai dirinya, tapi bukan untuk Kunta.

Akhirnya jabang Tetuka bisa menghancurkan pasukan raksasa, Prabu Kala Pracona dan Patih Sakipu pun tewas.

Kini Kahyangan Jonggrigsaloka kembali tenang dan aman kembali.

Jabang Tetuka oleh Batara Narada dikembalikan kepada kedua orang tuanya, Werkudara dan Dewi Arimbi serta seluruh keluarga Pandawa.

Keluarga Pandawa bersuka cita atas kembalinya Jabang Tetuka yang kini menjadi seorang pemuda  yang tampan, gagah dan perkasa. Akhirnya Jabang Tetuka, mendapat nama baru ; Gatutkaca, Krincingwesi, Purubaya, dan beberapa nama dasanama yang lain.


 S E L E S A I